Title: Life Blood
Author: Meiku
Cast: Diru
Pairing: TotchiKao, DieShin
Genre: Fantasy-horror, romance, drama
Rating: PG
Summary: Semua berjalan seperti biasa seolah kisah vampire itu tidak ada
Disclaimer: any copy or claim is unpleasant
***
Operasi Shinya akhirnya selesai. Ibu Shinya, Kyo, dan Toshiya bisa menjenguknya di kamar. Tapi Shinya belum sadarkan diri.
"Dokter bagaimana anakku?"
"Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi maaf.. Pasien koma"
Mereka kaget serentak.
"Shinya..." ibu Shinya nampak Shock. Toshiya juga tidak dapat berkata-kata.
"Tidak mungkin! Anda pasti salah" Kyo mencengkram kerah jas dokter tidak terima.
"Kyo tenanglah, tenang" Toshiya mencoba melepaskan cengkraman Kyo.
"Bagaimana aku bisa tenang sementara"
"hwa Shinya, jangan tinggalkan ibu." ibu Shinya menangisi Shinya di samping tempat tidurnya.
Perlahan Kyo melepas cengkraman tangannya. Toshiya berusaha menenangkan ibu Shinya.
"Shinya hanya koma, pasti ada cara untuk menyadarkannya kembali"
***
Sudah hari ketiga Shinya koma tanpa ada kemajuan. Guru-guru dan teman-teman sekelasnya ikut berduka. Mereka mengadakan doa bersama untuk kesembuhan Shinya di sekolah. Para kerabat, keluarga ibunda dari Shinya datang silih berganti ke rumahnya, memberi penghiburan kepada ibu Shinya. Kyo dan Toshiya selalu menjenguk Shinya yang masih opname.
Malam hari Die sudah ada di kamar rawat Shinya. Memandang tubuh Shinya yang masih terbaring tanpa suara, tanpa bergerak. Seperti mayat namun masih memiliki detak jantung. Tiba-tiba Kyo masuk diikuti oleh Toshiya.
Kyo menatap Die geram.
"Mau apa kau ke sini?" Kyo mendorong Die menjauhi Shinya.
"Stop Kyo!" Toshiya memegangi tubuh Kyo.
"lepaskan! apa kau membela mereka Toshiya?" Kyo masih mencurigai Die dan menganggapnya dalang semua ini.
"tapi Kyo..."
"Aku tahu cara menyelamatkan Shinya."
Die menghampiri tubuh Shinya.Kyo hanya bisa teriak karena tubuhnya masih dipegangi Toshiya.
"Mau kau apakan Shinya? Toshi lepas!"
Die membuka alat pernafasan yang menutup mulut Shinya. Detak jantung Shinya jadi melemah dan hampir putus. Die menggigit nadi di pergelangan tangannya sendiri. Menghisap darahnya sendiri dan mentransferkannya lewat mulut Shinya. Dari mulut ke mulut. Kyo dan Toshiya tercengang melihat apa yang dilakukan Die.
"Lagi-lagi ciuman, apa gada cara lain ya" Toshiya berpikir.
Kyo maju untuk menghentikan Die "Hey apa yang.."
"Kyo lihat!" Toshiya kaget.
Detak jantung Shinya kembali normal. Jari-jari Shinya bergerak perlahan. Nafasnya kembali teratur.
"Hentikan Die!" Kaoru datang dan menghalau Die hingga tersungkur ke lantai. "Kau sadar apa yang baru kaulakukan? Jika 'life blood'mu habis maka kau akan mati!"
Die tersenyum. Senyum yang tidak mengenakkan.
"Terlambat!"
"Jangan-jangan"
Kaoru tercengang, demikian juga Kyo dan Toshiya. Tubuh Die sedikit demi sedikit menjadi transparan.
"Jika Shinya mati maka banyak yang akan menangisinya. Lebih baik aku yang mati." Die terbaring di atas topangan tangan Kaoru.
"Bodoh, kalau Shinya tahu dia akan menangisimu. Walau ini akan menjatuhkan harga diriku aku akan mengatakannya,mungkin aku juga akan menangisimu"
"Bercandamu tidak lucu! Aku tak menyesal dengan perbuatanku ini" Die perlahan menghilang.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Kyo bingung.
Kaoru bangkit. "Ternyata mitos itu benar. Life Blood bisa menambah nyawa manusia"
"Huh? Tapi harus ya pakai ciuman begitu" Toshiya menggaruk kepalanya tidak mengerti.
Kyo termenung.
"Die-san... Shinya..."
***
Pagi itu dokter memeriksa keadaan Shinya dengan seksama. Dokter terlihat tengah berdiskusi dengan tenaga medis lainnya sebelum berbicara kepada ibu Shinya, beserta Kyo dan Toshinya yang ikut mendampingi. Dokter menunjukkan pandangan yang takjub kepada mereka.
"Ini benar-benar keajaiban. Saudara Shinya telah sembuh total dan tak lama lagi dia akab sadar."
Ibu Shinya tampak bahagia.
"Aku harus pulang dan menyiapkan kamar Shinya. Aku tak sabar menanti kedatangannya pulang. Kyo tolong jaga Shinya sebentar. Saat dia sadar tolong kabari aku"
"Baik bi"
Kyo dan Toshiya duduk di bangku samping tempat tidur Shinya.
"Akhirnya semua ini berakhir dan Shinya sembuh" Toshiya lega.
Sedang sedari tadi Kyo termenung. "Aku menyesal telah salah mengira Die."
"Sudahlah. Semua terlanjur terjadi. Aku bisa mengambil hikmah dari yang kita alami"
"Toshiya, berjanjilah untuk menyembunyikan apa yang terjadi dari Shinya."
Toshiya mengangguk. Tiba-tiba sebuah erangan terdengar dari mulut Shinya. Tangan Shinya bergerak dan dia bisa membuka matanya.
"Kyo? Toshiya"
Kyo dan Toshiya nampak bahagia.
"Shinya akhirnya kau sadar"
"Apa yang terjadi?"
Kyo dan Toshiya saling melirik.
"Shinya cuma baru sadar sehabis operasi dan sekarang kau sudah sembuh" Toshiya bersemangat.
"Yup!Begitulah" Kyo mengiyakan.
"hhh bagaimana dengan vampire jahat itu? Lalu Die-san?"
"Vampire apa? Die siapa?" Kyo memasang tampang bingung"
"Loh kalian memang tidak ingat?"
"Shinya pasti bermimpi, kau gak sadar lama sekali." Toshiya menimpali.
"Ya Toshiya benar. Tidak ada namanya vampire, semua normal-normal saja."
Shinya tampak kebingungan. Ya mungkin saja itu hanya mimpi tapi terlalu nyata untuk Shinya. Tapi toh teman-temannya berhasil meyakinkan Shinya.
~~~
Sejak itu Kaoru sering menemani Toshiya pada jam-jam insomnia-nya.
"Jadi Shinya sudah melupakan semua peristiwa itu?"
"Ya kupikir lebih baik begini"
"Kelulusan sebentar lagi. Tapi aku sudah tidak berharap orang tuaku datang dan melihatku wisuda. Aku rasa aku bisa terima dengan kehidupanku sekarang. Aku bahagia. Sangat..."
Kepala Toshiya jatuh di bahu Kaoru. Tak disadari ternyata Toshiya tertidur pulas.
21:13
"Aku rasa untuk selanjutnya tidak akan lagi bisa menemanimu lebih lama dari ini. Oyasumi..."
***
Hari kelulusan pun tiba. Seluruh siswa berbahagia bersama orang tua mereka. Tapi tidak untuk Toshiya. Meski tersenyum, Kyo dan Shinya tahu kalau Toshiya kecewa karena orang tuanya tidak ada.
"Toshiya daijoubu?"
"ya Shinya. Aku gak apa-apa kok."
"Toshiyaaa!!"
Tiba-tiba ada sesuatu yang mengejutkan. Ibu Toshiya berlari memeluk anaknya. Ayahnya pun terlihat menyusul.
"Kalian datang?"
"Tentu saja karena ini hari yang special. Aku merindukanmu nak."
"Ayah bangga padamu"
Toshiya terharu. Ia menghapus airmata bahagia dari matanya. Kyo dan Shinya saling melirik dan tersenyum satu sama lain.
"Sudah laki-laki tak boleh cengeng" Kyo menepuk punggung Toshiya.
***
1 Tahun kemudian.
Shinya, Kyo dan Toshiya melanjutkan jenjang yang lebih tinggi. Shinya dan Kyo kali ini berpisah karena berbeda jurusan. Kyo mengambil sastra sedangkan Shinya di fakultas ekonomi. Saat kuliah dimulai, seseorang duduk di sebelah Shinya karena bangku itu yang tersisa. Orang itu murid baru. Orang itu menoleh ke arah Shinya dan mengajaknya berkenalan. Saat Shinya melihat wajahnya Shinya tercengang. Orang itu mirip seseorang.
"Da-Die?"
"Hoi boleh aku tahu namamu?" orang itu mengibaskan tangannya di depan wajah Shinya.
Shinya terlepas dari lamunnya.
"Maaf namaku Shinya."
Jelas orang itu berbeda dari gambaran Die yang dingin. Pria itu berambut pendek dan seringai yang segar juga ramah.
"Daisuke. Namaku Daisuke Andou"
Mereka bersalaman. Die tersenyum pada Shinya.
"Kawaii nee"
Shinya tertunduk malu.
"Jangan sebut aku kawaii. Aku kan laki-laki"
"Huuuh?" Daisuke kaget karena sempat mengira Shinya perempuan.
***
Hujan deras mengguyur malam itu. Die hanya bisa menatap tubuh orang tuanya yang sudah tak bernyawa yang kemudian perlahan musnah. Saat itu Die masih remaja. Vampire remaja yang yatim piatu. Sungguh kejam pelaku pembunuhan itu. Die bertekad membalasnya, mengirimnya ke penjara vampire.
Waktu berlalu. Die yang sudah dewasa selama hidupnya tidak pernah menghisap darah manusia hingga habis. Die tidak mau jadi seorang pembunuh. Suatu hari Die menyaksikan Vampire jahat menghabisi nyawa seorang pria paruh baya yang melindungi keluarganya dari vampire itu. Die menolongnya namun terlambat bagi pria itu bertahan hidup. Keluarganya berduka atas kematian kepala keluarga mereka. Mereka punya anak semata wayang yang bernama Shinya. Shinya mempunyai penyakit. Shinya memiliki kebiasaan, naik ayunan di taman dekat rumahnya setiap jam 7 malam. Disana ia menghirup nafas dalam-dalam, menahan, baru mengeluarkannya sedikit demi sedikit. Die hanya terus memandanginya dari jauh. Memandangi wajah Shinya yang tenang. Setiap hari.
++++ The end ++++
No comments:
Post a Comment