Tuesday, October 8, 2013

[FF DeG] Life Blood (chap4)

Title: Life Blood
Author: Meiku
Cast: Diru (guest: kamijo)
Pairing: TotchiKao, DieShin
Genre: Fantasy-horror, romance, human-life
Rating: PG-15
Summary: Kamijo is back
Disclaimer: this fanfic is mine, don't copy without permission *siapa juga yg mau ngopi LoL*


***
Toshiya membawa Kaoru ke kamarnya. Toshiya mengeluarkan kotak obat, membalut dan mengobati tangan Kaoru yang terluka parah.
"Kau tidak takut padaku?"
"Tidak" Toshiya meyakinkan.
"Kenapa? Bagaimana kalau aku seperti yang dibilang temanmu? Membunuhmu?"
"Aku percaya kau sangat baik"
"Kita baru bertemu bagaimana kau tahu?"
"Karena kau menolongku dan teman-temanku sampai terluka begini."
"Ha ha ha ha bagaimana jika aku berpura-pura? Kau harus waspada pada orang yang baru kau kenal"
Toshiya selesai mengobati Kaoru lalu membereskan kotak obatnya.
"Tapi aku percaya"
"Bohong! Dia juga bilang percaya padaku tapi dia lebih memilih mati daripada hidup bersamaku"
"Dia?" Toshiya kurang paham dengan perkataan Kaoru.
"Lupakan" Kaoru berjalan ke arah jendela kamar Toshiya yang terbuka.
"Terima kasih telah mengobatiku. Kita impas"
Toshiya masih duduk di tempatnya. Tak bergeming. Kaoru hendak pergi tapi langkahnya masih tertahan di situ. Kaoru memalingkan wajahnya lagi ke arah Toshiya.
"Tidak tidur?"
"Tidak bisa"
"..."
"Aku insomnia hehe ^^)a"
Akhirnya Kaoru tinggal di sana. Mereka duduk di balkon. Momen yang nostalgic. Kaoru mendengar cerita-cerita Toshiya. Sepintas Toshiya mengingatkan Kaoru pada Omi. Ada persamaan di antara mereka, tapi bagaimanapun, mereka orang yang bertolak belakang. Meski Toshiya orang yang kesepian, ia tetap ceria. Toshiya memiliki segudang mimpi yang ingin dicapai. Pandai mengambil hati orang. Mengingatkan kembali indahnya kehidupan yang sudah lama Kaoru hempaskan. Kaoru tersenyum sepanjang Toshiya bercerita.
"Jadi kau suka horror?"

"Ya tadinya. Sebelum bertemu vampire hehe"
"Ha ha ha ha apa kami begitu menyeramkan?"
"Tidak terlalu sih, cuma bikin kaget."
"Kaget?"
"Habis menyambar tiba-tiba gitu ^^)a"
"Kau lucu ya ha ha ha" baru kali ini Kaoru bisa tertawa bahagia.
"Tadinya kupikir kalau cerita yang seram-seram orangtuaku akan khawatir. Begitulah caraku mencari perhatian mereka. Tapi ya bagaimana lagi, mereka terlalu sibuk jadi tidak memperhatikanku."
"Kau sedih?"
"Tidak" Toshiya tersenyum. "Aku kan masih punya teman-teman. Lagipula aku sudah terbiasa sendiri. Ada atau tidak adanya orang tuaku sama saja."
Malam itu Kaoru menemani Toshiya semalaman sampai pagi. Ketika matahari hampir terbit Kaoru sudah menghilang.

***

"hh-ngik-hh-ngik" Saat bangun pagi, asma Shinya kambuh lagi. Shinya menggunakan alat bantu pernafasannya. Kyo memegang kening Shinya yang berkeringat. Panas sekali. Ditambah Shinya batuk-batuk.
"Asmamu jadi sering kambuh Shin. Kita ke dokter ya"
"Tidak usah Kyo nanti juga sembuh lagi. uhuk! uhuk!"
"Tapi aku khawatir"
Shinya memegang tangan Kyo. Gemetar. "Aku benci rumah sakit! Aku takut kalau dokter bilang penyakitku tambah parah"
Kyo menghela nafas. "Ya sudah kau istirahat dulu di rumah. Tapi kalau aku pulang sekolah kau masih sakit, kau harus diantar ke dokter."
"Ya"
Kyo menaikkan selimut Shinya sampai leher dan meninggalkannya tertidur.

~~~

"Hey Kyo!^^" Toshiya menyapanya di gerbang sekolah. "Mana Shinya?" Toshiya mencari-cari. Tak biasanya Kyo ke sekolah sendirian.
"Dia sakit."
"Heh?" Raut wajah Toshiya yang semula cerah langsung berubah. "Gara-gara aku ya? Aku kan bikin Shinya gak tidur semalaman terus kemarin gara-gara vampire jahat itu..T^T"
"Sssssttt Jangan bilang-bilang vampire di sini."
"Tapi kan tapi kan.. gara-gara aku"
"Sudah jangan menyalahkan diri sendiri! Yang penting doakan Shinya baik-baik saja."
"Tapi.."
"Sebenarnya ini bukan pertama kalinya. Shinya.. "
"..."
"Aku tahu saat seperti ini akan datang"

~~~~

Keadaan Shinya melemah. Setelah diperiksa macam-macam, Ibu Shinya dipanggil ke ruangan dokter. Kyo dan Toshiya menunggu dengan cemas. Saat ibu Shinya keluar dari ruangan dokter, Kyo dan Toshiya segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaan Shinya?" Toshiya cemas.
"Shinya.." ibu Shinya menggelengkan kepala. Air matanya mengalir namun berusaha menyembunyikan kesedihannya dengan senyuman. "Tolong jaga Shinya ya" Ibu Shinya pun meninggalkan rumah sakit dengan sedih.
Kyo terduduk lemas. Toshiya mengikuti dengan duduk di sebelahnya.
"Sebenarnya Shinya kenapa?"
"Asmanya bukan asma biasa. Saluran pernafasannya makin menyempit karena tumor yang semakin membesar dan Shinya mungkin saja.." Kyo menghela nafas " meninggalkan kita."
"Tumor?" Toshiya tak menyangka asma Shinya itu karena tumor. "Hiks" Toshiya menangis.
"Kau kan laki-laki, Jangan menangis!"
"Tidak bisa. Aku tak mengira penyakit Shinya sebegitu parahnya."
"Kyoo" Shinya memanggil dari dalam kamar rawat.
Toshiya menghapus air matanya. Kyo dan Toshiya menghampiri Shinya.
"Apa penyakitku parah tidak?" wajah Shinya tampak pucat.
"Semua akan baik-baik saja. Kau hanya perlu istirahat" Kyo menggenggam punggung tangan Shinya yang masih terbaring.

***

Kamijo berbaring di tempat persembunyiannya. Luka di tubuhnya mulai tertutup namun masih terasa sakit. Hari itu dia butuh istirahat untuk memulihkan tubuhnya. Namun hasratnya untuk menghisap darah semakin besar. Jika dia belum menghisap darah maka tak lama lagi dia akan mati.

~~~

Die menghampiri Kaoru yang berdiri di tempatnya memandang lantai kosong yang semula adalah tempat jasad Omi diletakkan dalam sebuah peti kaca.
"Kau kemanakan dia?"
Kaoru memalingkan wajahnya pada Die sambil tersenyum.
"Aku sudah menguburkannya, tempat yang seharusnya"
"Sudah bisa move on rupanya"
Kaoru melangkah hingga di samping Die dan berbisik "Yg kupikirkan sekarang adalah masa depan"
Kaoru pun keluar dari ruangan itu. Die masih berdiri. Die merasakan firasat buruk.
"Shinya..."

***

Ibu Shinya duduk di bangku rumah sakit tepat di depan kamar rawat Shinya. Mengingat perkataan dokter yang membuatnya menangis pilu. Seolah menghantam dirinya dengan hujaman batu. Menangisi anak satu-satunya itu. Kyo yang melihatnya merasa iba.
"Apa yang membuat bibi bersedih?"
"Shinya Kyo" suara ibu Shinya parau "Shinya harus dioperasi tapi kemungkinan ia selamat hanya 10%"
"10% juga tetap ada harapan kan walau secuil? jangan tunggu lama lagi!" desak Kyo.
"Aku tidak bisa melihat Shinya menderita"
"Karena itu terima saja operasinya"
"Hiks"
"Bibi.. demi Shinya"

~~~

Toshiya tidak bisa tidur. Seperti biasa. Tapi kali ini ada yang tidak biasa. Kaoru menemani Toshiya bercengkrama di balkon lantai atas, kamarnya.
"Jadi temanmu itu sakit parah"
"Ya, katanya dia mungkin saja meninggal" Toshiya duduk dengan kaki tertekuk dan melingkarkan tangan di lututnya sambil tertunduk menangis. "Padahal aku baru saja mendapat sahabat. Shinya membolehkanku masuk ke ruang persahabatan antara dia dan Kyo tapi apa yang kulakukan? Ini salahku melibatkan mereka dengan vampire jahat itu. Seandainya aku tidak cerita pada Kyo saat itu. Seandainya aku tak minta menginap di rumahnya. Aku.."
Kaoru mendekapkan kepala Toshiya di dadanya. "Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Yang penting saat ini kau harus membantunya."
"hiks"
Kaoru mendekapnya. Saat tangisan Toshiya makin menjadi. Kaoru mendekapnya hingga Toshiya bisa merasa lebih tenang.

~~~

Kyo menunggui Shinya di rumah sakit. Shinya kini hanya terbaring dengan alat-alat infus yang membantunya bernafas.
"hhhh" desiran Shinya mengusik Kyo.
"Shinya, Kau sadar?"
"a-ku ta-kut" Shinya bicara terbata-bata.
Kyo menggenggam tangan Shinya. "Kau akan baik-baik saja ok? Besok kau akan operasi untuk kesembuhanmu"
"o-pe-ra-si? a-ku ti-dak ma-u"
"Demi kesembuhanmu. Aku akan menemanimu. Operasinya akan lancar dan kau akan sembuh. Percayalah. Kau percaya padaku kan?"
Shinya hanya membalas dengan anggukan kecil.
"Aku ke kamar kecil sebentar"
Kyo keluar dari kamar opname itu. Namun bukan ke kamar kecil melainkan hanya berdiri menyender di depan pintu. Kyo tidak sanggup lagi menahan airmatanya agar kelihatan tegar. Kyo menangis.
Saat Kyo masih di luar, Shinya menyadari ada sosok yang dia hafal sudah berdiri di depannya. Raut wajahnya tampak sedih. Tatapannya hampa.
"Da-Die-san"
Die hanya memegang tangan Shinya. Tangannya dingin.
"Kau ju-ga men-ce-mas-kan-ku?"
Tatapannya tetap sama. Dingin. Tapi sayu.

***

Hari itu Kyo tidak masuk sekolah karena menemani Shinya seharian di rumah sakit. Awalnya Toshiya tidak berniat ke rumah sakit. Kyo malah mengirim email pada Toshiya memberitahukan bahwa hari itu Shinya akan operasi. Akhirnya Toshiya bertekad ke rumah sakit sepulang sekolah.
18:56.
Dokter menyiapkan ruang operasi yang akan dipakai Shinya. Kyo menemani ibu Shinya yang menunggu di luar ruangan. Toshiya berlari ke arah Kyo.
"Kupikir kau tidak akan datang"
"Maaf keretanya terlambat. Bagaimana Shinya?"
"Sebentar lagi operasinya dimulai."
"Aku.." Toshiya tertunduk. "Apa aku masih pantas berada di sini? salahku hingga Shinya.."
"Bodoh!" Kyo membuat Toshiya membelalakan mata. "Tanpamu juga Shinya tetap akan sakit. Dia telah menggangapmu sahabat, maka kehadiranmu akan membuatnya berjuang juga"
Toshiya sadar ada yang lebih penting sekarang daripada menyalahkan diri sendiri, yaitu mendoakan kesembuhan Shinya.
19:45
Sementara mereka menunggu operasi, ada yang diam-diam memperhatikan mereka. Seseorang yang sebenarnya sama tegangnya.
Die.

***

21:47
Hasrat Kamijo akan darah memuncak. Semalam lagi jika ia tidak meminum darah, maka ia akan mati. Lukanya sudah pulih walau masih meninggalkan belas. Kamijo berjalan seperti kehilangan akal, menggeram seperti serigala kelaparan. Mencari yang bisa ia jadikan korban. Seorang wanita yang baru pulang kerja di jalan yang sepi saat itu menjadi sasaran Kamijo. Wanita yang sadar sedang diikuti saat itu mempercepat langkahnya hingga setengah berlari. Tempat itu sangat sepi hingga tidak mungkin mencari pertolongan. Kamijo tiba-tiba menghadang di depannya lalu menunjukkan taringnya.
"graaao"
"Kyaaa" wanita itu berlari menghindar tanpa arah.
Kamiji berusaha menerkamnya. Tapi..
Bugh!
Kaoru memukul Kamijo hingga terpuruk ke tanah. Wanita itu pingsan karena shock.
"Aku akan mengembalikanmu ke penjara!"
"Sial! mengapa kau selalu menghalangiku!!"
Kamijo benar-benar sangat marah kali ini. Tiba-tiba tanah di sekeliling Kaoru berubah menjadi zombie yang siap menyerang Kaoru. Kaoru memukulnya satu persatu dan zombie-zombie itu kembali menjadi tanah namun muncul lagi yang baru.
"Sial! Kekuatan macam apa ini"
ssssshhhh
Zombie yang akan menyerang Kaoru dari belakang runtuh. Die ke situ untuk membantu Kaoru.
"Kemana saja kau baru muncul?" protes Kaoru.
"Tidak perlu bahas itu sekarang!"
Buzz
Kamijo melesat.
"Die kejar kamijo! Biar zombie-zombie ini aku yang tangani!" Kaoru masih menghajar zombi-zombie itu. Sementara Die ikut melesat mengejar Kamijo.
Die mengejar Kamijo. Die mempercepat langkahnya hingga berhasil menyusul Kamijo. Kamijo menyerangnya tetapi Die berkali-kali menghindar hingga Kamijo menghentikan perlawanannya.
"Apa kau begitu dendam padaku Die?"
"Aku tidak akan membiarkanmu membunuh manusia dan mengacau lagi di dunia vampire"
"Ha ha ha Kau ingin menghentikanku? Tidak semudah itu!"
Mereka kembali berkelahi.
"Aku tidak akan melupakan apa yang kau lakukan pada orangtuaku"
"Masih dendam rupanya kau"
"Bukan itu saja kau membunuh banyak manusia dan juga sesama vampire, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi!!!"
"Arrrrghhh"
Die berhasil menghantam Kamijo hingga terbentur ke tembok.
"Kau sudah bertambah kuat rupanya"
Kamijo memegang dadanya yang terluka karena cakaran Die. wajah Die juga sedikit tergores oleh kuku Kamijo.
Kamijo kembali menyerang namun Die menghilang.
"Usoo!"
Ternyata Die sudah ada di atasnya dan menyerang Kamijo. Kamijo tersungkur ke tanah. Kekuatannya hampir habis. Tangan Die sudah di dekat leher Kamijo untuk membunuhnya tapi terhenti.
"ayo bunuh aku! Kita tidak jauh berbeda Die, kita sama-sama makhluk haus darah ha ha ha" Kamijo bicara seperti orang gila.
Tentu Die tidak semudah itu terprovokasi. apa bedanya Die jika dia melakukan hal yang sama dengan Kamijo. Membunuh manusia. Membunuh sesama vampire demi kepentingan pribadi.
"Aku tidak sepertimu"
Die tidak jadi membunuh Kamijo. Die berjalan menjauhi kamijo.
"Kenapa? Kau akan menyesal tidak membunuhku!"
Kamijo menyerang lagi dari belakang Die. Tapi gerakannya tiba-tiba terhenti.
"Tidak mungkin" Tubuh Kamijo memudar.
"Waktumu sudah habis Kamijo, bahkan aku tidak perlu membunuhmu lagi. Ini konsekuensi dari perbuatanmu sendiri."
"Tidaaaaaaak!!!!"
Tubuh Kamijo menghilang. Kamijo musnah karena tidak mendapatkan darah sedikitpun. Zombie-zombie yang menghalangi  Kaoru ikut menghilang. Kaoru menghela nafas.
"Kamijo telah mati huh?"

***********TBC***************

No comments: